Sabtu, 22 November 2014

Destinasi di Kalibaru yang mengandalkan wisata perkebunan dan wisata lori, kereta api kecil. namun daya tarik wilayah yang menjadi gerbang Bumi Blambangan dari arah barat ini akan membuat yang berkunjung ke Kalibaru tercengang dan ketagihan Kalibaru menawarkan pesona alam yang mengundang decak kagum. Kecamatan yang letaknya di paling barat Banyuwangi ini sudah lama dikenal menjadi pintu masuk ke Kabupaten Banyuwangi dari arah barat melalui jalur selatan yang melewati Kabupaten Jember.Sebelum masuk wilayah Kalibaru melalui jalan darat dengan menggunakan mobil atau motor dari arah Jember, di daerah Gunung Gumitir pengunjung disambut patung seorang perempuan penari gandrung, tarian khas Bumi Blambangan. Adapun Kalibaru terletak di ketinggian sekitar 428 m di atas permukaan laut. Keadaan tanahnya adalah daerah pegunungan yang sangat subur sebab dikelilingi beberapa gunung, yakni Gunung Gending, Gunung Terong, Gunung Raung, Gunung Gumitir, dan Gunung Menyan sehingga udara terbilang sejuk.Bahkan pagi hari pun sering turun kabut sehingga udara dingin gunung mirip di negara-negara empat musim menjadi daya tarik tersendiri yang bisa memikat turis asing. Udara dingin yang biasa menyergap penduduk di sini, berkisar 20 hingga 28 derajat Celcius bisa jadi cocok untuk menjadi pilihan masyarakat urban yang tinggal di kota-kota besar memutuskan berlibur melepas penat dari rutinitas dan bisingnya kehidupan kota besar.Karena dikelilingi gunung, lahannya banyak digunakan untuk perkebunan dan hutan. Tanaman yang dibudidayakan antara lain kopi, coklat, karet, teh, dan pinus. Yang menarik, ada patung tangan yang menggenggam coklat.Tak hanya itu, hamparan sawah juga menjadi pemandangan tersendiri bagi wisatawan, khususnya yang datang dari kota besar, seperti Jakarta. Bahkan, wisatawan mancanegara dengan menumpang delman berkeliling Kalibaru menikmati pemandangan alam.Suasana alam yang asri menbuat banyak wisatawan betah. Diperkirakan lahan yang dipakai untuk hunian penduduk berkisar 40 persen dari seluruh wilayah di Kalibaru. Sudah sejak lama wisatawan asing, khususnya dari Belanda datang ke Kalibaru.Tak ketinggalan ada juga yang dari Belgia. Mereka biasanya datang tidak sendiri, melainkan bersama dengan keluarga. Bagi wisatawan dari Negeri Kincir Angin, kehadirannya di Kalibaru merupakan kunjungan napak tilas prestasi yang telah dilakukan para leluhurnya Meski begitu, sesekali terlihat juga wisatawan bermata sipit asal kawasan Asia Timur yang berkunjung ke Kalibaru. kabupaten Bayuwangi sejak tahun 1998 silam telah menetapkan Kalibaru sebagai Kecamatan Wisata.“Kalibaru juga masih ada tempat wisata yang tak kalah menarik, yakni Air Terjun Wonorejo,Kalibaru termasuk rute yang dilewati pebalap sepeda yang ikut dalam Tour Banyuwangi de Ijen 2014. di Kalibaru juga ada Terowongan Kereta Api Merawan, bangunan bersejarah peninggalan zaman Belanda, terowongan kereta api ini menjadi destinasi wisata yang digemari sebab menikmatinya dengan menggunakan lori, sejenis kereta api kecil.

“Terowongan kereta api ini ada di bawah jalan raya Banyuwangi-Jember, dengan ketinggian dari terowongan hingga ke jalan raya sekitar 175 m. Terowongan tersebut menghubungkan Stasiun KA Kalibaru-Merawan-Garahan.Adapun terowongan ini letaknya sekitar 7,3 kilometer sebelah barat pusat kota (Pasar Kalibaru) di bawah jalan raya yang menghubungkan Banyuwangi-Jember dengan ketinggian sekitar 430 m di atas permukaan laut.“Konstruksi bangunan berbentuk lengkung yang terbuat dari cor dan susunan batu kali dengan ukuran panjang terowongan 670 meter, tinggi terowongan 4,30 meter, dan lebar terowongan 4,40 meter. Terowongan dikelilingi hutan dan perkebunan kopi rakyat di lereng Gunung Gumitir. Sekitar terowongan terlihat bersih, asri dan terawat yang dilakukan PT KAI dan masyarakat setempat, saat ada di lokasi, terasa nyaman sambil menikmati alam terbuka nan indah sebab mata bebas melihat gunung-gunung yang mengelilingi, tanaman kopi dan hutan dan sesekali melihat keluar masuk kereta api melewati terowongan.“Pemandangan indah di sela-sela perjalanan akan memberikan sentuhan dramatis bagi siapa saja yang ikut wisata lori ini,saat berhenti di Stasiun Garahan, pengunjung bisa menikmati kuliner nasi pecel khas Garahan.“Untuk menikmati semua pesona wisata yang ada di Kalibaru, pastikan untuk menginap agar bisa puas menikmati keindahan Kalibaru. Jika tak bisa menginap, itu artinya belum bisa menikmati keindahan yang sesungguhnya kalibaru plantation
A.BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL 2011
BEC pertama kali digelar pada tgl 22 oktober 2011 dengan mengangkat tema “ gandrung,damarwulan dan kundaran” ketiganya adalah bentuk dan jenis kesenian tradisional yang tumbuh kembang di lingkungan masyarakat banyuwangi,bentuk kostum kesenian tradisional tersebut kemudiaan dimodifikasi menjadi bentuk kostum kontemporer dengan sentuhan modern art sehinnga penampilannya menjadi unik dan menarik,seluruh peserta yang berjumlah 420 orang,rata-rata membutuhkan waktu 2-3 minggu untuk menuangkan kreasinya kedalam bentuk kostum yang kemudiaan mereka peragakan disepanjang jalan protocol mulai dari start taman blambangan sampai kedepan kantor pemkab banyuwangi.

B.BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL 2012
Untuk kedua kalinya BEC digelar pada 18 november 2012 dengan mengangkat tema “re_barong using” tema ini diangkat dari kesenian barong yang biasanya dimainkan dalam bentuk teater rakyat yang diundang main dalam acara-acara hajatan seperti pernikahan dan khitanan,selain itu juga ada ritual adat yang disebut barong ider bumi yakni sebuah ritual adat dalam upacara bersih desa yang diselenggarakan rutin setiap tahun oleh masyarakat using desa kemiren kecamatan glagah,dengan mengangkat tema re_barong using ini berarti menggambarkan bahwa visuaslisasi bentuk kesenian barong kedalam bentuk disain kostum yang akan ditampilkan berbeda dengan aslinya,untuk itu para peserta harus dapat mentransformasikan bentuk tampilan barong menjadi desain kostum yang menarik dan pada perhelatan kedua ini panitia membagi tema re_barong using ini menjadi 3 sub tema yakni barong merah,barong kuning,dan barong hijau.

C.BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL 2013
BEC yang ke tiga digelar pada tanggal 7 september 2013 dengan mengusung tema “The legen of kebo-keboan” yakni tentang ritual adat pertanian yang biasa diselenggarakan oleh masyarakat di desa aliyan kecamatan rogojampi dan desa alas malang kecamatan singonjuruh,tema kebo-keboan yang menginspirasi penyelenggaraan BEC yang ketiga ini dibagi menjadi 3 sub tema yakni kebo geni yang menggambarkan tentang semangat,motivasi,kemarahan dan kepahlawanan,dengan warna-warna dominasi merah dan kuning,kebo bayu tirto yang menggambarkan tentang kehidupan dengan 3 warna dominan hitam,putih dan silver kebo bumi menggambarkan tentang kesuburan alam dengan warna dominan hitam dan emas.

D.BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL 2014

Pada perhelatan ke empat ini tema yang diangkat adalah “ The mystic dance of seblang” yakni tentang sebuah ritual adat yang sacral yang kental dengan nuansa magis dan mistis,seblang adalah ritual kuno yang sudah ada sejak ratusan tahun silam yang sampai saat ini masih rutin diselenggarakan oleh komunitas masyarakat using dikelurahan bakungan dan desa olehsari yang keduanya berada diwilayah kecamatan glagah,ritual adat seblang ini mirip dengan upacara sang hyang yang biasa diselenggarakan oleh masyarakat hindu bali,ritual sacral yang konon digelar sebagai bentuk pemujaan ini menampilkan sosok penari yang menari-nari dalam keadaan trance atau kesurupan,meski sama-sama menari dalam kondisi kesurupan namun ada perbedaan yang mendasar antara penari seblang bakungan dan penari seblang olehsari,seblang bakungan yang pada mulanya berlatar belakang untuk penyembuhan itu menampilkan penari tua rentah yang sudah menopause sebagai tokoh sentralnya sedangkan seblang olehsari yang digelar ritual tolak bala yaitu ritual untuk mengusir berbagai macam bala bencana yang dapat mengancam kehidupan warga menampilkan sosok penari muda belia yang masih memiliki garis keturunan dari penari sebelumnya,sesuai tradisi tersebut tema The mystic dance of seblang dibagi menjadi 3 sub tema yakni seblang bakungan,seblang olehsari dan poro bungkil yang disebut poro bungkil itu adalah buah-buahan hasil pertanian yang dalam ritual seblang digunakan sebagai uba-rampe atau kelengkapan ritual yang bergelantungan dilokasi ritual sebagai persembahan.
SEBLANG OLEHSARI
Seblang yang merupakan acara bersih desa untuk menolak bala yang diwujutkandalam pementasan kesenian sakral”seblang yang berbau mistis/magis,seblang oleh sari dimainkan oleh wanita selama 7 hari berturut-turutdalamkeadaan tidak sadar,gending yang dimainkan sejumlah 28 dan dinyanyikan oleh beberapa sinden.
Sebelum ritual seblang dilakukan,pada malam hari sebelumnya,masyarakat desa ini menggelar selamatan yang diikuti oleh seluruh warga,pelaksanaan ritual seblang dilaksanakan 7 hari setiap sore dan prosesinya sama kecuali pada hari terakhir ada prosesi seblang ider bumi keliling kampung
Pada prosesi gending”kembang dermoa” seblang menjual bunga,bunga ditancapkan pada sebatang bambu kecil yang terdiri 3 kuntum bunga sehingga mudah untuk dibawa,hampir semua masyarakat desa dan para penonton berebut untuk membeli bunga itu,bunga itu disimpan untuk anak-anak atau diletakkan disuatu tempat tertentu dirumah maupun disawah yang dipercaya sebagai tolak bala untuk mengusir pengaruh-pengaruh jahat,bala penyakit maupun keberuntungan.
Prosesi berikutnya yang disebut tundikan dimana seblang mengundang tamu atau penonton untuk menari bersama diatas meja,seblang mengajal berkomonikasi dengan penonton dengan cara melemparkan selendang atau sampur pada penonton.
Dalam keadaan kesurupan dan mata tertutup,seblang menuju kearah penonton dimana selendang yang dilemparkannya tadi terjatuh atau mengenai seseorang,penonton berharap bisa mendapatkan tundik ini dan menari bersama seblang karena dipercaya ia akan mendapat keberuntungan.

SEBLANG BAKUNGAN
Upacara adat seblang adalah ritual adat dengan media tari,musik dan syair-syair khas using banyuwangi,upacara adat ini bertujuan sebagai ritual bersih desa dan tolak bala agar desa tetap dalam keadaan aman dan tentram,upacara adat seblang sendiri hanya dapat ditemukan di dua desa di wilayah banyuwangi yakni kelurahan bakungan dan desa olehsari kecamatan glagah banyuwangi
Ritual adat dalam bentuk tari ini melambangkan kesakralan,ritual pertemuan dua dunia sekaligus sebagai rasa syukur atas karunia yang diberikan oleh sang pencipta dan juga menjadi permohonan untuk tolak bala,diarena tempat diadakannyaritual seblang ini ada amben atau meja kecil tempat menaruh boneka,bunga-bunga yang nantinya akan dijual kepada penonton,hiasan dari janur,tebu,padi dan sesajen.
Hiasan padi,tebu dan tanaman pangan lainnya adalah melambangkan kesuburan yang patut disyukuri sedangkan boneka nini towok dalam kepercayaan dijawa adalah merupakan simbol padi dan kesuburan dikanan kiri amben tampak duduk berjejer para pemangku adat,pelaku seblang,pengudang dan pawang.

Like us on Facebook

Berita terbaru